MAKALAH
Konsep Elastisitas
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Rusmiati, M.M.
Oleh :
Nama : Yeni Rizkiya
NIM :
19013572
Kelas/Semester :
4/2
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
STIE WIDYA PRAJA
TANAH GROGOT
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, saya
bisa menyusun dan menyajikan makalah yang berisi tentang Konsep
Elastisitas sebagai salah satu tugas kuliah. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dra. Hj. Rusmiati, M.M. selaku dosen mata kuliah Pengantar
Ekonomi Mikro
yang telah memberikan bimbingannya dalam proses penyusunan makalah ini. Tak
lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini serta memberikan
motivasi.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saya
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini
dan dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah-makalah atau tugas-tugas
selanjutnya.
Saya juga memohon maaf apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga
membingungkan pembaca dalam memahami maksud penyusun.
Tanah Grogot, 21 Maret 2020
Penyusun
2.1 Definisi dan Konsep Dasar Elastisitas
2.1.1 Elastisitas Permintaan (Price
Elasticity of Demand)
2.1.2 Elastisitas Penghasilan (Income
Elasticity of Demand)
2.1.3 Elastisitas Silang (Cross
Elasticity)
2.1.4 Elastisitas Penawaran (Price
Elasticity of Supply)
2.2 Penerapan Analisis
Elastisitas
Gambar 1...............................................................................................................
6
Gambar 2...............................................................................................................
7
Gambar 3...............................................................................................................
7
Gambar 4...............................................................................................................
8
Gambar 5...............................................................................................................
9
Gambar 6.............................................................................................................
17
Gambar 7............................................................................................................
18
Gambar 8............................................................................................................
18
Gambar 9.............................................................................................................
19
Gambar 10..........................................................................................................
19
Gambar 11...........................................................................................................
25
Gambar 12...........................................................................................................
26
Gambar 13...........................................................................................................
29
Tabel 1..................................................................................................................
11
Tabel 2..................................................................................................................
14
Tabel 3..................................................................................................................
15
Tabel 4..................................................................................................................
31
Tabel 5..................................................................................................................
32
Tabel 6..................................................................................................................
33
Manusia
merupakan makhluk sosial dimana manusia tidak dapat hidup sendiri, saling
membutuhkan dan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk memenuhi
kebutuhan. Kegiatan tersebut akan terus berlangsung karena keinginan dan
kebutuhan manusia akan semakin bertambah tetapi hal itu berbanding terbalik
dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.
Kegiatan
menciptakan, mengirimkan, dan memenuhi kebutuhan ini disebut kegiatan
perekonomian dimana kegiatan ini merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam
rangka mencukupi kebutuhannya dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.
Tentunya sebagai pemuas kebutuhan, beragam masalah muncul di dalam bidang
perekonomian ini.
Elastisitas
merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di
bidang ekonomi. Adanya sifat perubahan permintaan, sifat perubahan penawaran,
dan harga barang menyebabkan munculnya konsep elastisitas. Konsep elastisitas
digunakan untuk dapat lebih memahami situasi pasar, dan untuk dapat melakukan
prediksi terhadap berbagai tindakan maupun keputusan yang diambil oleh produsen
dan konsumen. Suatu pasar kompleks memungkinkan terjadinya pergesaran sehingga
barang tersebut dapat bersifat elastis/inelastis.
Jumlah permintaan dan penawaran sangat mempengaruhi harga, karena jika
permintaan naik sedangkan penawaran tetap atau sedikit, maka akan terjadi
kelangkaan barang (jika faktor-faktor lain dianggap tetap), kelangkaan barang akan
mengakibatkan naiknya harga. Namun sebaliknya jika penawaran banyak sedangkan
permintan sedikit, maka harga akan menjadi murah.
Konsep
elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis
permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun distribusi kemakmuran.
Dalam menyusun makalah ini, penulis merumuskan beberapa masalah yang berkaitan
dengan :
1.
Apa yang dimaksud dengan elastisitas?
2.
Apa yang dimaksud dari masing-masing elastisitas, dan
bagaimana bentuk kurvanya?
3.
Apa saja manfaat dari masing-masing elastisitas?
4.
Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
masing-masing elastisitas?
5.
Bagaimana cara menghitung
koefisien dari masing-masing elastisitas yang disertai dengan contoh soal ?
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagi berikut :
1. Untuk
melengkapi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Mikro.
2. Untuk menambah
pengetahuan mengenai Konsep Elastisitas.
Penyusun menggunakan metode Pengumpulan Data dan
Informasi. Data
dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan penelusuran
pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan serta pencarian data melalui internet.
Sistematika penulisan dalam penyusunan makalah ini, yaitu sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini
dibahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini
dibahas mengenai penjelasan materi atas perumusan masalah yang telah
dibuat.
BAB III PENUTUP
Pada bab ini
berisi kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Konsep Dasar Elastisitas
Pengertian Elastisitas adalah
sebuah perbandingan perubahan proporsional dalam satu variabel terhadap
perubahan variabel yang lain. Dengan kata lain, elastisitas yakni dapat
mengukur seberapa sensitif atau responsifnya konsumen dengan perubahan dalam
harga.
Tingkat sensitivitas yakni dapat diukur
dengan rasio atau rasio perubahan persentase dalam jumlah barang, baik barang
yang diminta maupun terhadap barang yang telah ditawarkan, diukur dengan
persentase dalam perubahan faktor yang dapat menyebabkan adanya sebuah
perubahan dalam jumlah barang.
Dalam bidang perekonomian daerah, konsep
elastisitas dapat digunakan untuk memahami dampak dari suatu kebijakan. Sebagai contoh, Pemerintah Daerah dapat
mengetahui dampak kenaikan pajak atau
subsidi terhadap pendapatan daerah, tingkat pelayanan masyarakat, kesejahteraan penduduk, pertumbuhan
ekonomi, pertumbuhan investasi, dan indikator ekonomi lainnya dengan menggunakan
pendekatan elastisitas. Selain itu, konsep elastisitas dapat digunakan untuk menganalisis dampak kenaikan pendapatan daerah terhadap pengeluaran daerah atau jenis pengeluaran daerah tertentu. Dengan kegunaannya tersebut, alat analisis ini dapat membantu mengambil
kebijakan dalam memutuskan prioritas dan
alternatif kebijakan yang memberikan
manfaat terbesar bagi kemajuan daerah.
Elastisitas dapat mengukur seberapa besar
perubahan suatu variabel terhadap perubahan variabel lain. Sebagai contoh, elastisitas Y terhadap X mengukur berapa persen perubahan Y karena perubahan X sebesar 1 persen.
Elastisitas Y terhadap X=
% perubahan Y / % perubahan X |
Untuk memudahkan pemahaman terhadap konsep
tersebut, berikut ini
akan dibahas berbagai jenis elastisitas.
Pembahasan elastisitas ini dijelaskan
dalam konteks pasar, yaitu antara
permintaan dan penawaran barang.
Dengan memahami konsep tersebut, Pemerintah Daerah nantinya akan
mampu mengaplikasikan konsep tersebut sesuai konteks yang dihadapi, baik dalam
hal Pemerintah Daerah menjadi penyedia
barang dan jasa publik maupun
dalam berbagai kondisi lainnya.
2.1.1
Elastisitas
Permintaan (Price Elasticity of Demand)
Elastisitas permintaan adalah tingkat
perubahan permintaan terhadap barang/jasa, yang diakibatkan perubahan harga
barang/jasa tersebut. Besar atau kecilnya tingkat perubahan tersebut dapat
diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas permintaan.
Macam-macam Elastisitas Permintaan Berdasarkan nilainya, elastisitas permintaan
dapat dibedakan menjadi lima, yaitu permintaan inelastis sempurna, inelastis,
elastis uniter, elastis, dan elastis sempurna.
1.
Permintaan
Inelastis Sempurna (E = 0)
Permintaan inelastis sempurna terjadi ketika perubahan harga yang terjadi
tidak berpengaruh terhadap jumlah permintaan
(koefisien E = 0). Sebagai contoh adalah permintaan terhadap garam. Kondisi
permintaan inelastis sempurna ini dapat dapat digambarkan ke dalam bentuk kurva
berikut (Gambar 1).
2.
Permintaan Inelastis (E < 1)
Permintan inelastis terjadi jika perubahan
harga kurang berpengaruh
pada perubahan permintaan. Nilai E < 1, artinya kenaikan harga sebesar 1
persen hanya diikuti penurunan jumlah yang diminta kurang dari satu persen,
sebaliknya penurunan harga sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan jumlah barang
yang diminta kurang dari 1 persen. Sebagai contoh adalah permintaan masyarakat
terhadap beras atau kebutuhan pokok lainnya (Gambar 2).
3.
Permintaan Elastis Uniter (E = 1)
Permintaan elastis uniter terjadi jika
perubahan permintaan sebanding dengan perubahan harga. Koefisien elastisitas permintaan uniter adalah
satu (E = 1), artinya kenaikan harga sebesar 1 persen diikuti oleh penurunan
jumlah permintaan sebesar 1 persen, dan sebaliknya. Kondisi permintan elastis
uniter ini ditunjukkan oleh Gambar 3.
4.
Permintaan
Elastis (E > 1)
Permintaan elastis terjadi jika perubahan
permintaan lebih besar
dari perubahan harga. Koefisien permintaan elastis bernilai lebih dari satu (E
> 1), artinya kenaikan harga sebesar 97 1 persen menyebabkan kenaikan jumlah
permintaan lebih dari 1 persen, dan sebaliknya. Kondisi ini biasanya terjadi
pada permintaan permintaan terhadap mobil dan barang mewah lainnya (Gambar 4).
5.
Permintaan Elastis Sempurna (E =
~)
Permintaan elastis sempurna terjadi jika
perubahan permintaan tidak dipengaruhi sama sekali oleh perubahan harga. Kurvanya akan sejajar dengan sumbu X
atau Q (kuantitas barang) seperti ditunjukkan pada Gambar 5.
Ø Elastisitas Permintaan dan Total
Penerimaan
Perhitungan elastisitas biasanya dimanfaatkan
oleh pengambil keputusan yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan. Secara
sederhana, total penerimaan dapat didefinisikan sebagai perkalian antara harga
dengan kuantitas barang dan jasa yang terjual, misalnya jumlah pendapatan yang
diterima sebagai hasil dari penjualan barang dan jasa. Total penerimaan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
TR = P x Q |
Keterangan:
TR: total penerimaan
P: harga output
Q: kuantitas/jumlah output
Salah satu faktor yang menentukan total penerimaan
produsen adalah perubahan permintaan. Untuk mengetahui perubahan total
penerimaan terhadap perubahan permintaan ditentukan oleh elastisitas
permintaannya. Perbedaan tingkat elastisitas permintaan akan menentukan
besarnya total penerimaan.
1) Permintaan Elastis Ketika bentuk permintaan suatu barang adalah elastis,
maka perubahan kecil dalam harga barang tersebut akan mengakibatkan perubahan
total penerimaan yang relatif lebih besar. Sebagai contoh, perusahaan melakukan
kebijakan penurunan harga produknya. Jika bentuk permintaan produk tersebut
adalah elastis berarti konsumen sangat responsif terhadap perubahan harga.
Penurunan harga walaupun kecil akan direspon oleh konsumen dengan membeli
barang tersebut dalam jumlah yang relatif banyak. Dengan bentuk permintaan yang
elastis, maka keputusan produsen untuk menurunkan harga produknya akan
potensial meningkatkan total penerimaan.
2) Permintaan Inelastis Dengan bentuk permintaan yang inelastik, perubahan
harga hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap perubahan barang yang
diminta, sehingga apabila produsen menetapkan kenaikan harga yang cukup tinggi
sekalipun, permintaan terhadap barang tersebut tidak terlalu berubah. Pada
kondisi ini, produsen dapat memperoleh tambahan penerimaan dengan menaikkan
harga.
3) Permintaan Elastis Uniter Apabila permintaan suatu barang adalah elastis
uniter maka kenaikan (penurunan) harga akan direspon secara proporsional dengan
penurunan (peningkatan) jumlah yang diminta. Oleh karena itu, baik produsen
melakukan peningkatan atau penurunan harga, jika elastisitas barang adalah
elastis uniter maka total penerimaannya konstan. Dengan kata lain, peningkatan
ataupun penurunan harga tidak merubah total penerimaan produsen.
Hubungan antara elastisitas permintaan
terhadap total penerimaan dapat dilihat pada Tabel 1.
2.1.2
Elastisitas Penghasilan (Income
Elasticity of Demand)
Permintaan (pembelian) suatu barang atau jasa
oleh konsumen dipengaruhi oleh perubahan penghasilan konsumen yang
bersangkutan, baik dalam pengertian nominal maupun riil. Suatu konsep untuk
mengukur derajat respons perubahan permintaan terhadap adanya perubahan
penghasilan adalah elastisitas penghasilan. Dalam kasus sederhana, fungsi
permintaan dapat dinotasikan sebagai berikut.
Q = f (P,
I) |
Keterangan:
Q: fungsi permintaan
P: tingkat harga
I: penghasilan konsumen
Dalam konsep elastisitas penghasilan, asumsi
bahwa penghasilan konsumen konstan dihilangkan. Oleh karena itu, elastisitas
penghasilan merupakan tingkat perubahan relatif dari jumlah barang yang diminta konsumen karena adanya perubahan penghasilan. Elastisitas
penghasilan dapat didefinisiakan sebagai derajat sensitivitas perubahan
permintaan sebagai akibat dari perubahan penghasilan seorang konsumen. Secara
matematis, elastisitas penghasilan didefinisikan sebagai persentase perubahan
dalam jumlah barang yang diminta (Qx) dibagi dengan persentase perubahan dalam
penghasilan (I). Pada dasarnya terdapat tiga macam elastisitas penghasilan,
yaitu: elastisitas positif, negatif, dan nol. Untuk penjelasan lebih lanjut
dapat disimak sebagai berikut.
1) Elastisitas penghasilan yang bernilai positif dapat dibagi menjadi tiga
macam, yaitu: (a) Elastisitas penghasilan uniter yaitu ketika peningkatan dalam
penghasilan direspon oleh konsumen dengan peningkatan permintaan secara
proporsional. Perubahan permintaan yang positif akan memberikan elastisitas
penghasilan yang positif pula. Dalam hal ini elastisitas sama dengan satu (E =
1). Sebagai contoh jika penghasilan konsumen meningkat sebesar 50 persen maka
akan diimbangi dengan peningkatan permintaan sebesar 50 persen. (b) Elastisitas
penghasilan inelastis yaitu jika perubahan penghasilan sebesar 1 persen
menyebabkan perubahan permintaan kurang dari 1 persen. Secara matematis,
koefisien elastisitas penghasilan inelastis bernilai kurang dari 1 tetapi
positif (0 < E 1).
2) Elastisitas penghasilan yang bernilai negatif. Hal ini berarti bahwa
kenaikan jumlah penghasilan justru mengakibatkan permintaan terhadap suatu
barang menurun.
3) Elastisitas penghasilan bernilai nol. Ketika penghasilan meningkat,
jumlah barang yang diminta tidak mengalami perubahan. Berapa pun perubahan
penghasilan tidak akan merubah permintaan (konsumsi) barang tersebut.
Berdasarkan besarnya koefisien elastisitas penghasilan, suatu barang dapat
dikelompokkan ke dalam barang mewah, barang normal, atau barang inferior (barang yang jumlah permintaannya akan turun seiring dengan peningkatan
pendapatan masyarakat).
2.1.3
Elastisitas Silang (Cross
Elasticity)
Elastisitas silang menunjukkan hubungan
antara jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga barang lain yang
mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Hubungan tersebut dapat bersifat
pengganti, dapat pula bersifat pelengkap. Terdapat tiga macam respons prubahan permintaan suatu barang (misal barang A) karena
perubahan harga barang lain (barang B), yaitu: positif, negatif, dan nol.
1) Elastisitas silang positif. Peningkatan harga barang A menyebabkan
peningkatan jumlah permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga kopi
meningkatkan permintaan terhadap teh. Kopi dan teh merupakan dua barang yang
dapat saling menggantikan (barang substitutif).
2) Elastisitas silang negatif. Peningkatan harga barang A mengakibatkan
turunnya permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga bensin
mengakibatkan penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor. Kedua barang
tersebut bersifat komplementer (pelengkap).
3) Elastisitas silang nol. Peningkatan harga barang A tidak akan
mengakibatkan perubahan permintaan barang B. Dalam kaus semacam ini, kedua
macam barang tidak saling berkaitan. Sebagai contoh, kenaikan harga kopi tidak
akan berpengaruh terhadap permintaan kendaraan bermotor.
Hubungan antar barang berdasarkan nilai elastisitas silang dapat dilihat pada Tabel 3
berikut.
·
Contoh Pengukuran Elastisitas Silang
Harga mobil rata-rata naik dari Rp90 juta
menjadi Rp100 juta, sedangkan permintaan sepeda motor mengalami peningkatan
dari 100 unit menjadi 127 unit. Berapa nilai elastisitas silang antara mobil
dengan sepeda motor dan bagaimana hubungan kedua barang tersebut dapat dihitung
sebagai berikut.
Karena elastisitas silang bernilai positif,
maka dapat disimpulkan bahwa hubungan mobil dan sepeda motor bersifat
substitutif (atau saling menggantikan).
2.1.4
Elastisitas Penawaran (Price
Elasticity of Supply)
Elastisitas penawaran adalah tingkat perubahan
penawaran atas barang dan jasa yang diakibatkan karena adanya perubahan harga
barang dan jasa tersebut. Untuk mengukur besar/kecilnya tingkat perubahan
tersebut diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas
penawaran.
Seperti dalam permintaan, elastisitas
penawaran dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu :
1.
Penawaran Inelastis Sempurna (E =
0)
Penawaran inelastis sempurna terjadi bilamana
perubahan harga yang terjadi tidak berpengaruh terhadap jumlah penawaran. Kurva
penawaran sejajar dengan sumbu vertikal Y atau P (tingkat harga). Kondisi ini
dapat dilihat dari kurva pada Gambar 6.
2.
Penawaran Inelastis (E < 1)
Penawaran inelastis terjadi jika perubahan
harga kurang
berpengaruh pada perubahan penawaran. Dengan kata lain,
jumlah yang ditawarkan relatif tidak sensitif terhadap perubahan harga (Gambar
7).
3.
Penawaran Elastis Uniter (E = 1)
Penawaran elastis uniter terjadi ketika
perubahan harga sebanding dengan perubahan jumlah penawaran (Gambar 8).
4.
Penawaran Elastis (E > 1)
Penawaran elastis terjadi jika perubahan harga diikuti dengan jumlah
penawaran yang lebih
besar. Penawaran elastis dapat diilustrasikan dengan
Gambar 9.
5.
Penawaran Elastis Sempurna (E = ~
)
Penawaran elastis sempurna terjadi jika
perubahan penawaran tidak
dipengaruhi sama sekali oleh perubahan harga, sehingga
kurva penawaran akan sejajar dengan sumbu horisontal (X) atau Q (jumlah output
yang ditawarkan).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Elastisitas Penawaran
1) Sifat ketahanan barang
Apabila suatu barang tidak tahan lama (mudah
rusak/membusuk) seperti halnya hasilhasil pertanian, maka barang tersebut
cenderung memiliki penawaran yang inelastis. Barang tersebut biasanya tidak
terlalu sensitif terhadap perubahan harga. Sebagai contoh, peningkatan harga
sayuran tidak serta merta mengakibatkan perubahan (kenaikan) jumlah barang yang
ditawarkan.
2) Biaya dan kemudahan penyimpanan barang
Barang dengan biaya penyimpanan yang mahal
cenderung memiliki derajat elastisitas penawaran yang rendah.
3) Waktu
Elastisitas penawaran juga tergantung kepada waktu, Dalam jangka pendek, penawaran cenderung inelastis karena tidak mudah
bagi produsen untuk menyesuaikan jumlah barang yang ditawarkan secara cepat
sebagai respon dari perubahan harga. Sementara itu, dalam jangka panjang,
penawaran akan lebih responsif terhadap perubahan harga sehingga penawarannya
lebih elastis.
Apabila harga berubah, para ahli ekonomi membedakan
tiga waktu atau masa bagi produsen dalam rangka menyesuaikan jumlah barang yang
akan ditawarkan dengan perubahan harga tersebut. Adapun tiga waktu tersebut
adalah:
ü Immediate
Run/ Momentary Period/ Market Period, suatu priode waktu yang
sangat pendek, dimana jumlah barang yang terdapat dipasar tidak dapat dirubah,
yaitu hanya sebanyak yang ada dipasar. Dalam waktu satu/beberapa hari saja
semua input tetap. Oleh karena itu, para produsen/penjual tidak dapat segera
menambah jumlah yang ditawarkan, meskipun konsumen bersedia membayar harga yang
tinggi. Jumlah barang yang ditawarkan tergantung dari banyaknya persediaan yang
ada pada saat itu. Pada jangka waktu yang sangat singkat, penjual/produsen
tidak dapat menambah penawarannya, sehingga penawaran menjadi tidak elastis
sempurna.
ü The
short run, Diartikan jangka waktu yang cukup untuk
memungkinkan para produsen menambah jumlah produksinya dengan jalan menambah
input variabel (dengan bekerja lebih keras/lama, mempergunakan lebih banyak
bahan dsb). Tetapi tidak cukup lama untuk memperbesar kapasitas produksi yang
ada (areal pertanian, modal tetap seperti bangunan pabrik, mesin-mesin, dll). Dalam
keadaan demikian penawaran dapat elastis, dapat juga inelastis, tergantung
jenis barang dan proses produksinya. Kapasitas produksi tidak dapat ditambah
dalam jangka pendek, namun perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan
kapasitas yang tersedia dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang ada.
Hasilnya, penawaran dapat dinaikkan dalam prosentase yang relatif kecil,
sehingga penawaran tidak elastis.
ü The
long run, adalah Dalam jangka waktu yang cukup lama tersebut
para produsen dapat menambah kapasitas produksi dengan menambah modal tetap
(pabrik baru, mesin-mesin, perluasan areal pertanian, dsb) untuk menyesuaikan
produksi dengan permintaan masyarakat.Makin lama jangka waktu, makin elastis
penawaran.Dalam jangka panjang, perkembangan teknik produksi di sektor industri
dan produksi secara besar-besaran malah dapat menyebabkan harga turun, sehingga
barang-barang yang dulu dipandang barang mewah dan mahal menjadi barang
kebutuhan biaya yang terbeli juga oleh orang banyak (misalnya, radio transistor,
kalkulator, dsb). Produksi dan jumlah penawaran barang lebih mudah dinaikkan
dalam jangka panjang, sehingga penawaran lebih bersifat elastis.
4) Sifat alamiah suatu barang
Produk-produk primer memiliki elastisitas
yang rendah (inelastis) dibandingkan dengan produk-produk manufaktur yang
memiliki elastisitas penawaran yang tinggi (elastis) relatif terhadap perubahan
harga.
Pengukuran elastisitas penawaran dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan berikut.
2.2 Penerapan Analisis Elastisitas
Konsep elastisitas dapat diimplementasikan
secara luas dalam bidang keuangan daerah. Berikut ini akan dipaparkan beberapa
contoh penggunaan konsep elastisitas yang biasa digunakan dalam cabang ekonomi
publik, terutama mengenai dampak pemungutan pajak dan program subsidi yang
dilakukan oleh pemerintah.
Diasumsikan bahwa produksi mobil memiliki
struktur biaya tetap sehingga kurva penawaran mobil sejajar dengan sumbu
horisontal sebagaimana terlihat dalam Gambar 11. Sebelum dikenakan pajak
penjualan, harga mobil sebesar P dan keseimbangan terjadi pada kuantitas mobil
Q1 (titik potong kurva penawaran S dengan kurva permintaan D). Setelah produksi
mobil dikenakan pajak penjualan dengan tarif t, maka kurva penawaran S bergeser
ke atas menjadi S’ dengan tingkat harga (1 + t) P. Kenaikan kurva penawaran
tersebut mengakibatkan keseimbangan pasar terjadi pada kuantitas mobil yang
lebih kecil, sebesar Q2.
Penerimaan pemerintah dari pajak penjualan
mobil sebesar area abe’c. Akibat adanya pajak
penjualan sebesar t, harga mobil yang mula-mula P naik menjadi (1 + t) P yang
berarti konsumen membayar mobil dengan harga yang lebih tinggi. Karena kurva
penawaran sejajar dengan sumbu datar (elastis sempurna) maka sebenarnya seluruh
beban pajak ditanggung oleh konsumen, meskipun yang membayar pajak penjualan kepada pemerintah adalah produsen. Jadi produsen mobil yang selaku
pihak wajib pajak dapat menggeserkan beban pajak penjualan kepada konsumen
dengan cara menaikkan harga penjualan.
Jumlah surplus konsumen dengan penerimaan
pajak sebesar area ae’d, sedangkan jumlah surplus
konsumen mula-mula sebesar area aed. Dalam hal ini, produsen menggeser seluruh
beban pajak kepada konsumen karena surplus konsumen berkurang. Sementara itu
selisih area sebesar bee’ yang tidak diterima oleh
siapapun yang merupakan kerugian akibat pengenaan pajak yang umum disebut
sebagai excess burden (Gambar 11).
Apabila kurva penawaran tidak sejajar dengan
sumbu datar maupun sumbu tegak, maka produsen dapat menggeserkan sebagian beban
pajak kepada konsumen, seperti yang terlihat pada Gambar 12. Sebelum
adanya pajak, keseimbangan terjadi di titik e, yaitu pada tingkat harga
P1 dan jumlah produksi sebesar Q1 mobil per tahun. Adanya pajak menyebabkan
kurva penawaran bergeser ke kiri atas, sehingga keseimbangan baru terjadi di
titik e’. Keseimbangan baru tersebut tercapai pada tingkat harga P2 dengan
kuantitas sebesar Q2. Jarak e’b
menunjukkan besarnya pajak yang dikenakan pada setiap barang yang dihasilkan.
Awalnya, surplus konsumen adalah sebesar ged dan karena pengenaan pajak
berkurang menjadi ce’d. Sementara itu, surplus produsen pada awalnya adalah
sebesar gef lalu berubah menjadi ce’g. Penerimaan pajak oleh pemerintah sebesar
area abe’c dimana produsen menanggung pajak sebesar abhg dan
konsumen menanggung pajak sebesar ghe’c.
Dari Gambar 11 dan 12 dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin elastis
kurva penawaran (dengan asumsi kurva permintaan tetap), maka semakin besar
beban pajak yang dapat digeserkan oleh produsen kepada konsumen. Sebaliknya,
semakin tidak elastis kurva penawaran
suatu barang, akan semakin kecil kemampuan produsen untuk menggeserkan beban
pajak kepada konsumen. Dari sisi kurva permintaan, semakin elastis kurva
permintaan suatu barang, semakin kecil beban pajak yang dapat digeserkan oleh
produsen kepada konsumen. Sebaliknya, semakin tidak elastis kurva permintaan
barang tersebut, semakin besar beban yang dapat digeserkan oleh produsen kepada
konsumen.
Subsidi komoditas telah menjadi bagian yang
penting dalam sistem fiskal di banyak negara, termasuk Indonesia. Subsidi
disebut pula sebagai pajak negatif (negative tax). Seperti halnya pajak,
subsidi dapat menimbulkan excess burden. Untuk mengilustrasikan dampak subsidi
terhadap kesejahteraan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 13 dengan mengambil
contoh pemberian subsidi pada komoditas makanan pokok beras. Diasumsikan bahwa
permintaan beras mengikuti garis permintaan D. Penawarannya diasumsikan elastis
sempurna mengikuti garis horisontal S. Dengan kurva penawaran S dan kurva
permintaan D, menghasilkan tingkat keseimbangan e yang berarti bahwa pada
tingkat harga P maka kuantitas barang yang diminta sebesar B1. Misalkan harga
beras H di pasaran dianggap terlalu mahal oleh pemerintah, maka pemerintah
memberikan subsidi terhadap barang tersebut agar seluruh masyarakat terutama
masyarakat yang tergolong miskin dapat memenuhi kebutuhan primernya. Subsidi
yang dilakukan pemerintah tersebut menyebabkan kurva penawaran S bergeser ke
bawah menjadi S’ dan harga beraspun turun menjadi (1-s) P. Dengan penurunan harga
tersebut akan meningkatkan kuantitas beras yang diminta menjadi B2.
Jika tujuan pemerintah melakukan subsidi
adalah meningkatkan jumlah konsumsi maka program tersebut telah sukses
dilakukan. Namun jika tujuan kebijakan adalah memaksimisasi kemakmuran, maka
kebijakan tersebut harus dilihat lebih komprehensif lagi. Sebelum diberi
subsidi, surplus konsumen sebesar mne dan setelah diberi subsidi menjadi mqe’.
Keuntungan yang diperoleh konsumen meningkat sebesar qe’en. Dalam kasus ini,
manfaat subsidi sepenuhnya dinikmati oleh konsumen. Meskipun demikian, jika
melihat biaya yang dikeluarkan untuk program subsidi sebesar qe’vn, maka dapat
disimpulkan bahwa biaya program subsidi dalam kenyataannya melebihi manfaat
yang dihasilkan.
Apabila kurva penawaran lebih elastis
daripada kurva permintaan, maka bagian dari subsidi tersebut yang dapat
dinikmati oleh produsen akan semakin besar dan semakin besar pertambahan jumlah
barang yang dapat ditawarkan oleh produsen. Sebaliknya, apabila kurva permintaan lebih elastis dibandingkan kurva penawarannya, maka akan
semakin besar bagian subsidi yang dapat diterima oleh konsumen dan semakin
kecil pertambahan jumlah barang yang dapat diproduksi oleh konsumen.
v Beberapa Aplikasi Analisis Elastisitas
Penerapan analisis elastisitas di bidang
ekonomi dapat ditemui dengan berbagai bentuk variasinya. Beberapa studi tentang
elastisitas dan hasil interpretasinya dapat dilihat sebagai berikut.
1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) seharusnya sensitif terhadap
kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun demikian, analisis
elastisitas PAD terhadap PDRB yang dilakukan oleh Bappenas (2003) pada
pemerintah propinsi menunjukkan bahwa hanya 12 provinsi (41,37 %) yang
mempunyai nilai elastisitas ≥ 1 (lebih dari satu). Hal ini menunjukkan bahwa
setiap terjadi perubahan PDRB akan memberikan dampak yang positif dan
signifikan terhadap PAD pada kedua belas provinsi tersebut. Sementara di 17
provinsi lain (58,62%), perubahan PDRB-nya tidak cukup mempengaruhi peningkatan
PAD. Bagi daerah dengan elastisitas < 1 (kurang dari satu), patut diduga
bahwa nilai tambah PDRB-nya lebih banyak keluar dari daerah tempat kegiatan
perekonomian tersebut diselenggarakan.
2. Hutasuhut et al. pada tahun 2001 (Tabel 4) memfokuskan penelitian pada
permintaan daging sapi dan ayam di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat periode
1990-1996. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elastisitas pengeluaran terhadap
daging sapi maupun daging ayam adalah positif. Hal tersebut mengisyaratkan
terjadinya peningkatan permintaan terhadap kedua jenis barang tersebut ketika
penghasilan konsumen meningkat. Namun demikian, elastisitas pengeluaran atas
daging sapi bernilai kurang dari satu (inelastis), sedangkan elastisitas
pengeluaran atas daging ayam bernilai lebih dari satu (elastis). Sementara itu,
elastisitas silang antara kedua kelompok barang bernilai positif yang berarti
kedua barang bersifat substitutif.
Dari hasil penelitian tersebut, Hutasuhut et
al. (2001) menyarankan kepada pemerintah Indonesia untuk memperkuat industri
unggas domestik. Hal tersebut dikarenakan permintaan daging ayam cenderung
memiliki tingkat responsivitas yang tinggi dibandingkan dengan permintaan
daging sapi. Konsumen lebih cepat mengadaptasi jumlah konsumsi daging ayam jika
terjadi perubahan harga.
3. Fisher dalam bukunya yang berjudul ”State and Local Public Finance” pada
Bab 3 membahas mengenai elastisitas harga dan elastisitas penghasilan
menyangkut barang publik yang dihasilkan pemerintah lokal dan barang
non-public. Koefisien-koefisien elastisitas tersebut merupakan rangkuman dari
peneliti-peneliti sebelumnya, yang meliputi penelitian Inman (1979), Kohler
(1982), dan Suits (1979). Besarnya koefisien elastisitas harga dan elastisitas
penghasilan mengenai barang publik dan barang privat dapat dilihat pada Tabel
5.
Elastisitas harga berada pada rentang -0,25
s.d. -0,50 yang mengindikasikan elastisitas harga permintaan yang sangat
inelastis. Di antara pelayanan publik pemerintah daerah, permintaan untuk
pendidikan relatif lebih inelastis dibandingkan dengan pelayanan publik
lainnya. Permintaan pelayanan publik memiliki tingkat elastisitas harga yang
serupa dengan permintaan barang non-publik seperti kopi, tembakau, alkohol, dan
listrik.
Pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah maupun pusat dipandang oleh masyarakat sebagai kebutuhan dasar, sama
halnya dengan kebutuhan makanan pokok. Karena dipandang sebagai kebutuhan pokok
maka tidak mengherankan jika layanan dasar pemerintah memiliki elastisitas harga
permintaan yang inelastis.
Kenyataan bahwa pelayanan Pemerintah Daerah
dan Pemerintah Pusat cenderung memiliki elastisitas harga yang inelastis,
tentunya memiliki implikasi kebijakan yang penting. Dikarenakan konsumsi barang
publik tidak terlalu sensitif terhadap harga, maka jika harga jasa tersebut
naik (karena meningkatnya biaya penyediaan barang), konsumen/masyarakat tidak
akan terlalu mengurangi konsumsi barang tersebut secara signifikan.
Dari Tabel 5 terlihat pula bahwa sebenarnya
barang publik secara rata-rata keseluruhan merupakan barang normal (koefisien
elastisitas penghasilan positif kurang dari satu). Hal tersebut mengindikasikan
bahwa jika penghasilan masyarakat meningkat (asumsi harga tetap) maka
kecenderungan permintaan terhadap barang tersebut ikut meningkat. Permintaan
layanan tempat parkir dan rekreasi memiliki elastisitas penghasilan yang
elastis, sehingga kenaikan penghasilan masyarakat akan meningkatkan permintaan
pelayanan tersebut dalam jumlah lebih besar.
4. Elastisitas Pendapatan per Kapita terhadap Investasi
Pada dasarnya perhitungan dalam Tabel 6 dapat
dilakukan untuk data tahun tertentu saja. Akan tetapi, penggunaan angka
beberapa tahun dapat memberikan informasi yang lebih pasti sebagai pertimbangan
dalam pengambilan keputusan.
Tabel 6 menunjukkan bahwa elastisitas
pendapatan per kapita Provinsi DI Yogyakarta terhadap perubahan investasi
relatif kecil. Rata-rata besarnya elastisitas DI Yogyakarta pada tahun 2000
sampai dengan 2004 adalah sebesar 0,537. Hal ini berarti secara rata-rata
selama empat tahun terakhir, pertumbuhan investasi Provinsi Di Yogyakarta
sebesar satu persen dapat mendorong pertumbuhan PDRB per kapita Provinsi DI Yogyakarta
sebesar 0,537 persen.
Simulasi tersebut dapat dijadikan masukan
dalam penyusunan strategi yang dapat diambil oleh Pemerintah Provinsi DI
Yogyakarta untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakatnya. Berdasarkan
hasil simulasi di atas dapat dikalkulasi bahwa apabila Pemerintah DI Yogyakarta
bermaksud untuk meningkatkan PDRB per kapita, misalnya sebesar sebesar 5
persen, maka perlu peningkatan investasi sekitar 9,31 persen.
v Penggunaan Konsep Elastisitas dalam Perumusan Kebijakan di Daerah
Konsep elastisitas dapat digunakan untuk
beragam kebutuhan analisis di daerah. Terkait kebijakan pembiayaan daerah,
konsep elastisitas dapat berguna dalam menentukan sektor mana atau aktivitas
mana yang dapat memberikan hasil yang paling signifikan atau yang menimbulkan
biaya paling minimal.
Dengan demikian, tidak terjadi pemborosan
pembiayaan dan efisiensi pembiayaan daerah dapat tercipta. Dalam penyediaan
pelayanan publik di daerah, Pemerintah dapat menggunakan analisis elastisitas
untuk mengetahui seberapa besar dampak peningkatan pengeluaran publik di suatu
sektor terhadap peningkatan penerimaan (pajak dan retribusi) sektor tersebut.
Sebagai penyedia barang dan jasa publik,
Pemerintah Daerah dapat pula menganalisis
dampak kenaikan tarif layanan umum terhadap berbagai faktor, misalnya terhadap
pendapatan daerah. Di sisi lain, konsep elastisitas juga dapat berguna untuk
mengukur dampak kebijakan subsidi terhadap peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat di daerah. Hasil analisis menggunakan konsep elastisitas juga dapat
digunakan sebagai dasar atau ukuran dalam perencanaan, utamanya terkait target
yang ingin dicapai.
Dengan mengetahui elastisitas suatu variabel
daerah terhadap variabel lainnya, Pemerintah Daerah dapat menentukan target
berdasarkan elastisitas tersebut sekaligus menyusun langkah-langkah dan
strategi yang akan dilakukan untuk mencapai target tersebut. Dengan demikian,
kebijakan strategi dan prioritas pembiayaan daerah pun menjadi lebih efisien
dan efektif.
Berikut contoh-contoh soal mengenai elastisitas
beserta pembahasannya :
1.
Penawaran suatu barang berbentuk inelastis
sempurna karena jumlahnya tidak akan pernah bertambah. Bila permintaannya terus
bertambah, maka harga akan naik dari waktu ke waktu. Ini merupakan pembentukan
harga pada faktor produksi...
a.
Sumber daya alam
b.
Modal
c.
Keahlian
d.
Tenaga kerja
e.
Kewirausahaan
Pembahasan :
Permintaan/Penawaran Bersifat Inelastis Sempurna
memiliki nilai koefisien elastisitas harganya sama dengan nol (E=0). Pada
kondisi ini, perubahan harga tidak memengaruhi jumlah produk yang diminta.
Artinya, berapapun harga yang ditawarkan, kuantitas produk barang atau jasa
tetap tidak berubah.
Contoh produk yang permintaan/penawaran bersifat
inelastis sempurna adalah tanah. Sebab, meskipun harga naik terus, kuantitas
ketersediaannya tetap terbatas.
Contoh lain yang kiranya serupa ialah barang
tambang. Sama halnya dengan tanah, ketersediaan barang tambang terbatas
sehingga jumlahnya tidak pernah bertambah namun permintaannya terus bertambah.
Oleh karena itu, pasti harganya akan terus naik.
Dengan demikian, jawaban yang tepat untuk soal tersebut ialah
sumber daya alam atau pilihan jawaban (a). Karena, sumber daya alam memiliki ketersediaan yang terbatas
namun permintaannya terus bertambah.
Jawaban: (a)
2. Berikut data
perubahan jumlah barang yang diminta dan perubahan harga :
Harga |
Jumlah barang
yang diminta |
Rp15.000,00 |
800 unit |
Rp12.500,00 |
1200 unit |
Dari data di atas,
koefisien elastisitas permintaan adalah...
a. 3
b. 4
c. 2
d. 1
e. 5
Pembahasan:
Untuk menjawab soal tersebut, kamu harus
menghitungnya dengan rumus berikut :
Keterangan:
ΔQ : perubahan jumlah permintaan
ΔP : perubahan harga barang
P : harga mula-mula
Q : jumlah permintaan mula-mula
E : elastisitas permintaan/penawaran
Nah, dari soal tersebut, diketahui:
P = Rp15.000
Q = 800 unit
ΔP = Rp12.500
ΔQ = 1.200
Jika dihitung maka menjadi:
Dari hasil hitungan tersebut, maka diketahui koefisien elastisitasnya
adalah 3. Dengan demikian, jawaban yang tepat untuk soal tersebut adalah
pilihan jawaban (a).
Jawaban: (a)
3. Contoh jenis barang yang umumnya
memiliki koefisien elastisitas permintaan kurang dari satu adalah...
a. Kertas
b. Bensin
c. Garam
d. Barang mewah
e. Barang kebutuhan pokok
Pembahasan:
Koefisien elastisitas permintaan yang nilainya
kurang dari satu disebut sebagai Permintaan/Penawaran Bersifat Inelastis
(E<1). Persentase perubahan itu biasanya terjadi pada produk barang atau
jasa kebutuhan sehari-hari.
Sebab, barang tersebut dibutuhkan dalam kondisi
harga seperti apapun. Pada kondisi normal, barang tersebut merupakan barang
kebutuhan utama. Saat harga naik, orang tetap akan membeli barang. Ketika harga
telah kembali turun, orang tidak akan menambah jumlah konsumsinya sebesar
penurunan harga.
Dari pilihan jawaban tersebut, ada dua pilihan
yang berpotensi menjadi jawabannya, yakni bensin dan kebutuhan pokok. Dari
kedua jawaban itu, yang kiranya paling tepat adalah barang kebutuhan pokok.
Sebab, bila dilihat pada skala prioritas, orang lebih membutuhkan
barang kebutuhan pokok (seperti beras, minyak goreng, dan lain sebagainya)
dibandingkan bensin meski ketika harga kedua barang itu tengah naik orang tetap
membelinya. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah pilihan jawaban (e).
Jawaban: (e)
4. Barang yang memiliki koefisien
elastisitas lebih besar dari satu dikenal dengan istilah...
a. Elastis sempurna
b. Inelastis sempurna
c. Elastis
d. Uniter
e. Inelastis
Pembahasan:
Agar dapat menjawab soal di atas, kamu
harus tahu sifat-sifat koefisien elastisitas permintaan dan penawaran. Ada lima
sifat koefisien elastisitas permintaan dan penawaran, yakni:
o Permintaan/Penawaran Bersifat Elastis
o Permintaan/Penawaran Bersifat
Inelastis
o Permintaan/Penawaran Bersifat
Unitary/Uniter
o Permintaan/Penawaran Bersifat Elastis
Sempurna/Tak Terhingga
o Permintaan/Penawaran Bersifat
Inelastis Sempurna
Permintaan/penawaran bersifat elastis
terjadi apabila koefisien elastisitasnya bernilai lebih dari satu. Artinya,
barang tersebut sangat peka terhadap perubahan harga. Contoh barangnya ialah
pakaian, makanan ringan, dan lain-lain.
Lalu, permintaan/penawaran bersifat
inelastis terjadi bila koefisien elastisitasnya bernilai kurang dari satu. Untuk
permintaan/penawaran bersifat uniter, koefisien elastisitasnya bernilai sama
dengan satu.
Kemudian, untuk permintaan/penawaran
bersifat elastis sempurna atau tak terhingga memiliki nilai koefisien
elastisitasnya tidak ada batasan namun kenaikan harga sedikit saja akan
menjatuhkan permintaan menjadi nol.
Dan, permintaan/penawaran bersifat
inelastis sempurna memiliki nilai koefisien elastisitas sama dengan nol. Hal
tersebut berarti perubahan harga tidak memengaruhi jumlah produk yang diminta.
Dari penjelasan tersebut, tentu kamu
sudah tahu jawabannya bukan? Ya, jawaban yang tepat untuk pilihan jawaban (c),
elastis.
Jawaban: (c)
5. Toko Sepatu Sahabat pada akhir tahun melakukan
cuci gudang untuk semua jenis sepatu, dari sepatu anak-anak sampai dewasa.
Harga sepatu anak yang semula Rp20.000,00 turun menjadi Rp15.000,00. Akibat
penurunan harga, jumlah permintaan sepatu anak-anak meningkat dari 1.000
menjadi 4.000. Berapakah koefisien elastisitas
permintaan barang tersebut? Buatlah kurvanya!
Pembahasan :
6. Di pasar tradisional, harga jeruk lokal naik
dari Rp6.000,00 menjadi Rp7.000,00 per kilogram. Kenaikan harga mengakibatkan
permintaan jeruk lokal naik dari 6.500 kg menjadi 7.000 kg. Hitung koefisien
elastisitasnya!
Pembahasan :
7.
Tabel permintaan beras di suatu daerah dalam satu
bulan :
Harga per Kg |
Jumlah yang Diminta |
Rp4.000,00 |
10 kg |
Rp4.500,00 |
8 kg |
Berdasarkan tabel permintaan beras di atas,
jenis permintaan apakah tersebut?
Pembahasan
:
Dari soal diatas diperoleh data-data sebagai
berikut :
P1 = 4.000 Q1 = 10 ton
P2 = 4.500 Q2 = 8 ton
Langkah pertama kita menghitung perubahan jumlah
barang dan harga :
∆Q = Q2 - Q1 = 8 -
10 = -2
∆P =
P2 - P1 = 4.500 - 5000= -500
Langkah selanjutnya kita masukan data diatas
kedalam rumus elastisitas permintaan :
Ed = (P1/Q1) x (∆Q/∆P)
Ed = (4000/10) x (-2/-500)
Ed = (400) x (0,004)
Ed = 1,6
Jadi, permintaan bersifat elastis karena Ed > 1
8.
Pada saat harga barang Rp3.200.000,00 jumlah yang
diminta adalah 80 unit. Kemudian harga naik menjadi Rp4.000.000,00 jumlah yang
diminta turun menjadi 40 unit. Berapakah nilai koefisien elastisitas pada harga
permintaan barang tersebut?
Pembahasan
:
Jadi, permintaan barang bersifat elastis. Karena
nilai koefisien Ed > 1. Nilai elastisitas tersebut menjelaskan bahwa apabila
harga naik sebesar 1%, maka jumlah yang diminta akan berkurang sebesar 2%.
9.
Harga daging di pasar tradisional pada suatu daerah
selalu tetap tiap minggunya yaitu Rp50.000,00 per Kg. Namun jumlah
permintaannya selalu berubah antara 2000 samapai dengan 3000 kg. Hitung
berapa koefisien elastisitas
permintaannya?
Pembahasan
:
Karena nilai koefisien elastisitas permintaan
barang tersebut tak terhingga, maka disebut permintaan elastis sempurna. Hal
ini berarti permintaan dapat mencapai jumlah yang tak terbatas dengan harga
barang tetap. Atau perubahan kuantitas barang yang diminta tidak mempengaruh
harga barang yang diminta.
10. Pada saat
harga buah Rp30.000,00 jumlah yang ditawarkan adalah 2.000 buah. Sedangkan
ketika harga naik menjadi 40.000,00 jumlah yang ditawarkan menjadi 4000 buah.
Hitunglah koefisien elastisitas penawaran buah tersebut!
Pembahasan
:
Karena Es > 1, maka disebut penawaran elastis. Hal ini menunjukkan bahwa
persentase perubahan jumlah penawaran buah lebih besar dari persentase
perubahan harga.
Penawaran yang elastis mengandung arti bahwa penawaran jumlah buah sensitif
terhadap perubahan harga. Perubahan harga sebesar 1% menyebabkan perubahan
jumlah yang ditawarkan menjadi 3%.
BAB
III
PENUTUP
Setelah penyusun mencoba memahami pokok bahasan yang telah
dirumuskan sebelumnya, penyusun dapat menyimpulkan
beberapa hal di antaranya :
1. Elastisitas adalah ukuran seberapa besar para pembeli dan penjual
memberikan reaksi terhadap perubahan-perubahan kondisi yang terjadi di pasar.
2. Elastisitas Permintaan terhadap Harga adalah mengukur seberapa
banyak kuantitas permintaan atas suatu barang berubah mengikuti perubahan harga
barang tersebut. Jenis elastisitas permintaan diantaranya adalah, Permintaan
elastis (Ed > 1), Permintaan
Inelastis (Ed < 1), Pemintaan Uniter (Ed = 1), Pemintaan elastis
sempurna ( Ed = ∞ ), dan Permintaan inelastis sempurna (Ed = 0).
3. Elastisitas penawaran adalah persentase perubahan kuantitas
penawaran dibagi dengan persentase perubahan harga. Jenis elastisitas
penawarann diantaranya adalah, penawarann elastis (Ed > 1), penawaran
Inelastis (Ed < 1), penawarann Uniter (Ed = 1), penawarann elastis
sempurna (Ed = ∞), dan penawarann inelastic sempurna (Ed = 0).
4. Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan
a) Tingkat kemudahan barang tersebut digantikan oleh barang lain;
b) Besarnya proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli suatu barang ;
c) Jangka waktu analisis perubahan-perubahan yang terjadi dipasar; dan
d) Jenis barang yang dibutuhkan (barang pokok, barang mewah atau normal)
5. Faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran
a) Sifat produk
b) Sifat perubahan biaya produksi
c) Jangka waktu
6. Elastisitas silang (Ec) yaitu prosentase perubahan jumlah barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga barang lain
7. Elastisitas pendapatan (Ey) adalah prosentase perubahan kuantitas barang yang diminta akibat terjadinya perubahan pendapatan.
- http://ekonominator.blogspot.com/2015/10/mikro-ekonomi-konsep-elastisitas-dan.html
(diakses pada tanggal 21
Maret 2020, 20:18 WITA)
- http://makalahkonsepelastisitas.blogspot.com/2016/11/makalah-konsep-elastisitas_13.html
(diakses pada tanggal 21
Maret 2020, 20:19 WITA)
- http://makalahkonsepelastisitas.blogspot.com/2016/11/makalah-konsep-elastisitas_13.html
(diakses pada tanggal 21
Maret 2020, 20:33 WITA)
- https://www.academia.edu/35261977/Makalah_konsep_elastisitas
(diakses pada tanggal 21
Maret 2020, 21:22 WITA)
- https://ikma11.weebly.com/uploads/1/2/0/7/12071055/makalah_kel._7_elastisitas_supply_revisi_fix.pdf
(diakses pada tanggal 21
Maret 2020, 21:43 WITA)
- http://makalahwindy.blogspot.com/2014/04/konsep-elastisitas.html
(diakses pada tanggal 22
Maret 2020, 16:10 WITA)
- https://adoc.tips/konsep-dasar-elastisitas-elastisitas-permintaan-price-elasti.html
(diakses pada tanggal 22
Maret 2020, 21:58 WITA)
- http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/PRODI._MANAJ._PEMASARAN_WISATA/RINI_ANDARI/Pengantar_Ilmu_Ekonomi/elastisitas-permintaan-dan-penawaran.pdf
(diakses pada tanggal 23
Maret 2020, 16:16 WITA)
- https://forzanapoli777.blogspot.com/2015/10/makalah-elastisitas.html
(diakses pada tanggal 23
Maret 2020, 16:21 WITA)
- https://tantiqistinaa.wordpress.com/2013/10/14/konsep-elastisitas-dan-aplikasinya-kelas-1eb30-kelompok-5/
(diakses pada tanggal 24
Maret 2020, 16:18 WITA)
- https://www.coursehero.com/file/46340981/Makalah-elastisitaspdf/
(diakses pada tanggal 24
Maret 2020, 19:12 WITA)
- http://basicekonomi.blogspot.com/2013/05/elastisitas-permintaan-dan-penawaran.html
(diakses pada tanggal 24
Maret 2020, 19:15 WITA)
- https://guruakuntansi.co.id/pengertian-elastisitas/
(diakses pada tanggal 25
Maret 2020, 16:20 WITA)
- https://rumus.co.id/rumus-elastisitas-permintaan-dan-penawaran/ (diakses pada tanggal 25
Maret 2020, 17:23 WITA)
No comments:
Post a Comment